Setelah kematian tarkasura yang dibunuh oleh kartikey, putra putra dari tarkasura yaitu tarakaksa, vidyunmali, dan veravana melakuan pertapaan yang berat kepada dewa brahma untuk mendapatkan sebuah anugrah. Dewa Brahma pun senang dengan pertapaan mereka dan muncul dihadapannya. Mereka meminta agar mereka menjadi abadi. Namun dewa Brahma menolaknya karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Kemudian mereka meminta agar diberkati dengan benteng yang tak tertembus dan tidak bisa dikalahkan oleh siapapun itu. Dewa Brahma sekali lagi menyangkal bahwa didunia tidak ada yang abadi. Setelah berpikir begitu lama mereka lalu meminta agar ketiga kota ini hanya bisa dihancurkan dengan satu panah saja dan itupun pada saat kota ini berada dalam posisi sejajar dan secara praktis tidak mungkin bagi siapapun yang bisa menembakkan panah seperti itu. Setelah mendengar permintaan mereka ini dewa Brahma lalu memberkati mereka bahwa kota seperti itu akan segera dibangun.
Ketiga kota ini lalu dibangun dengan indah oleh Mayasura, yang pertama kota dengan dinding besi terletak didunia bawah, yang kedua kota dengan dinding perak terletak di bumi dan yang ketiga kota dengan dinding emas terletak di surga. Ketiga kota itu terus bergerak dan bergerak sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan pernah berada dalam satu baris, kecuali untuk beberapa saat yaitu ketika naksatra pusya akan berhubungan dengan bulan. Oleh karena itu ketiga putra tarkasura diyakinkan bahwa mereka aman, karena akan menjadi tugas yang sulit untuk menghancurkan kota kota yang tidak dapat ditembus tersebut, yang hanya akan sejajar sesaat, dan hanya dalam satu panah.
Asura pun dari segala penjuru dunia mulai berbondong bondong ke Tripura untuk tinggal disana. Setelah beberapa tahun, pengaruh jahat uang melekat pada asura mulai muncul dan mereka mulai menindas yang baik dan menyiksa yang mulia, sementara itu ketika Mayasura sedang melakukan pemujaan pada dewa Siwa, setan setan lainnya menyerangnya dan juga menyerang para dewa sekaligus menghancurkan kedamaian dunia. Ketika para dewa sudah mulai putus asa, mereka menemui dewa Brahma dan memohon bantuannya. Karena dewa Brahma sendiri yang memberikan anugerah pada ketiga iblis itu, dewa Brahma lalu menyuruh para dewa untuk menemui dewa Siwa. Para dewa kemudian menemui dewa Siwa dan menceritakan seluruh kejadian tentang kota Tripura dan kehancurannya yang hanya dapat dilakukan dengan satu anak panah. Dewa siwa lalu berjanji akan membantu mereka dan para dewa laku kembali untuk berperang dengan para asura dalam perang yang sangat besar. Mereka jusg dibantu oleh Nandi pemimpin pasukan ganas dewa Siwa. Meskipun vidyunmali dibunuhu oleh Nandi, dan beberapa asura lainnya dibunuh dalam perang mereka dihidupkan kembali oleh air di kolam Tripura, yang memiliki kekuatan magis.
Saat perang berkecamuk, para dewa terus berjuang menandingi para asura yang menggunakan kekuatan magis mereka untuk efek yang besar dalam perang. Suatu hari ketika waktunya kota itu akan segera sejajar, dewa Siwa memerintahkan agar sebuah kereta dibuat darimana ia akan melawan ketiga asura itu. Kereta perang ini dirancang sangat berbeda. Bumi atau Pertiwi menjadi keretanya, matahari dan bulan menjadi roda rodanya, Dewa Brahma sendiri yang menjadi kusirnya, sedangkan gunung meru menjadi busur dan naga Basuki menjadi tali busurnya. Selain itu dewa Wisnu sebagai anak panahnya dan dewa Agni sebagai ujung anak panahnya, sedangkan dewa Bayu berada berada di abgian belakang anak panah. Semua dewa lainnya memiliki tempat dan bentuk mereka sendiri didalam kereta. Sama seperti kota kota yang sejajar, ketika hari Dianna pusya naksatra diposisikan dengan tepat, dewa Siwa mulai memasang busur dengan anak panah. Para dewa sangat gembira karena Tripura akan segera dihancurkan, para dewa mulai berpikir bahwa karena mereka bagian dari kereta perang, tanpa mereka dewa Siwa tidak akan bisa menghancurkan Tripura, para dewa musli sombong akan dirinya sendiri. Dewa Siwa kemudian mengetahui apa yang dipikirkan oleh para dewa, ia lalu menunda dan tidak membidikkan panahnya dan hanya tersenyum. Dewa Brahma mulai kawatir dengan ini karena kota Tripura akan segera sejajar namun dewa Siwa masih belum siap Dengan busurnya, dewa Brahma lalu mulai memberi tahu para dewa untuk mengubah pikiran buruk mereka dan meminta dewa Siwa untuk mengampuni kesalahan para dewa. Setelah semuanya diperbaiki, dewa Siwa lalu menembakkan panahnya ke kota Tripura dan ketiga kota itu terbakar sekaligus.
Ketika dewa Siwa duduk dikereta sebelum berperang, kereta tidak dapat bergerak maju karena berat para dewa. Dewa Wisnu kemudian mengambil bentuk sebagai banteng lalu menyeret keretanya setelah itu menjadi bendera denagn simbol banteng yang ebrada diatas kereta. Dewa Siwa menyesali tindakannya, karena dia tidak melindungi mayasura yang merupakan pemujanya yang agung yang masih berada di kota Tripura itu. Menyadari hal ini dewa Siwa menyuruh Nandi, dan Nandi berlari mendahului panah dewa Siwa dan memberitahu Mayasura bahwa Tripura akan segera terbakar. Seketika Mayasura melarikan diri dari Tripura, meninggalkan kota besar yang telah dibangunnya yang akan segera menjadi abu oleh panah dewa Siwa. Karena Penghancuran Tripura ini dewa siwa kemudian dikenal sebagai tripurantaka.
Post a Comment
Post a Comment