Dalam matsya purana diceritakan kisah perang antara dewa dan asura. Cerita ini terutama terdiri dari maharsi brigu dan kavyamata, yang merupakan orang tua dari sukracarya. Sukracarya adalah guru para asura, ia menjadi tak terkalahkan karena memiliki mantra Meita sanjiwani. Sedangkan dewa Indra adalah pemimpin para dewa, ia memilih guru brihaspati sebagai gurunya.
CEK KISAH MENARIK PARA DEWA, RAMAYANA, DAN MAHABHARATA DI CHANNEL HINDU STORY INDONESIA
Selama waktu itu, sulit bagi iblis untuk mengalahkan para dewa dalam pertempuran. Setelah kalah bbeerapa kali, guru asura sukracarya memutuskan untuk mendekati dewa Siwa untuk membantu mengalahkan para dewa. Sukracarya lalu melakukan pertapaan yang berat kepada dewa Siwa, sehingga dewa Siwa memberikannya mantra Mrita sanjiwani yang dimana mantra ini dapat menghidupkan kembali orang mati. Oleh karena itu para asura menjadi tak terkalahkan dan menyulitkan para dewa untuk mengalahkan para asura. Suatu ketika, sukracarya meminta para asura untuk berlindung di asrama ayahnya, yaitu maharsi brigu. Para Dewata dan dewa Indra menggunakan kesempatan ini untuk menyerang asura yang tidak bersenjata. Para dewa mencari waktu yang tepat dimana tidak ada RSI brigu diasrama, sehingga ia dapat menyerang asura. Suatu pagi RSI brigu sedang berdoa dan dia meninggalkan asramanya, pada saat itu para dewa mulai menyerang asura di asrama RSI brigu. Karena tidak adanya RSI brigu diasrama, para asura melarikan diri ke istri RSI brigu yaitu kavyamata untuk berlindung. Kavyamata menggunakan kekuatan yoganya untuk melumpuhkan dewa Indra dan melindungi para asura.
Terkejut dengan kekalahan dewa Indra, para dewa memutuskan untuk meminta perlindungan kepada dewa Wisnu. Oleh karena itu, dewa Wisnu memutuskan untuk memasuki tubuh dewa Indra dan menyelamatkan para dewa. Karena itu kavyamata menjadi sangat marah, dan memperingati para dewa bahwa ia akan membakar mereka jika mereka tidak mundur. Para dewa lalu merencanakan untuk membunuh istri RSI brigu karena tidak ada cara lain. Oleh karena itu, dewa Wisnu menggunakan Cakra sudarsananya untuk memenggal kepala kavyamata, sehingga para iblis berhasil dimusnahkan.
Ketika RSI brigu kembali ke asramanya, ia menjadi sangat terpukul dengan apa yang sudah terjadi pada istrinya. RSI brigu menjadi sangat murka ia lalu mengutuk dewa Wisnu bahwa dewa Wisnu untuk dilahirkan di bumi berkali kali dan menderita rasa sakit karena kelahiran dan kematian beberapa kali.
Karena kutukan legendaris ini, dewa Wisnu harus mengambil awatara yang tak terhitung jumlahnya di bumi dan menanggung semua rasa sakit duniawi sebagai akibatnya. Meskipun RSI brigu kemudian menghidupkan kembali istrinya dengan memercikkan air suci dari kamandalunya, dia masih sangat marah dan penuh dendam dengan dewa Wisnu. Kutukan RSI brigu yang dialami dewa Wisnu memiliki makna yang sangat besar. Kutukan RSI brigu menuntut dewa Wisnu dilahirkan ke bumi dalam beberapa awatara. Awatara tersebut termasuk beberapa dewa besar yang pernah berjalan di bumi sebagai manusia seperti dewa Rama dan dewa Krishna.
Tanpa Sri Rama tidak akan ada Ramayana, dan tanpa Krishna tidak akan ada Mahabharata dan karenanya tidak akan ada bagawad Gita. Kutukan itu juga membaut dewa wisnu merasakan emosi manusia seperti cinta, kebencian, penghianatan, dan rasa sakit karena perpisahan.
Post a Comment
Post a Comment