-->

Materi Agama-Cadhu Sakti

Post a Comment
CADHU SAKTI


      Kita sebagai umat Hindu selalu berpegang teguh kepada‘ ajaran-ajaran Weda di manapun kita berada. Kalau kita sudah percaya dan yakin kebesaran Brahman pasti kita akan selamat, Hyang Widhi Wasa akan selalu melindungi umatnya Brahman hanya satu tidak ada duanya Di dalam Tatwa filsafat) agama Hindu, kita mengenal adanya Panca Sradha yaitu Iima keyakinan/kepercayaan yang harus diakui yaitu: Brahman, Atma, Punarbawa (Samsara)L Karma Pala, dan Moksa. Sebelum kita mempelajari sradha-sradha yang Iain maka kebesaran Brahman yang harus kita ketahui terlebih dahulu sebab Brahman merupakan inti dari semua ajaran yang terdapat dalam agama Hindu. Kalau kita tidak percaya dan yakin adanya Brahman yaitu Hyang Widhi Wasa, kita akan percuma mempelajari ajaran Weda yang Iain. Hyang Widhi Wasa adalah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan, memelihara, pemralina (melebur) semua yang ada dialam semesta ini.
       Brahman mempunyai sifat-sifat maha kuasa, maha mulia, maha pengasih, dan tiada terbatas. Dengan sifat-sifat kemahaan-Nya inilah manusia sulit membayangkan bentuknya bagaimana, apakah wujudnya seperti manusia, apakah wujudnya seperti patung-patung yang ada di tempat tempat pemujaan (pura) di Bali, manusia tidak akan dapat memberikan jawaban karena manusia mempunyai kemampuan terbatas.
      Tetapi kalau kita pelajari kitab-kitab suci disebutkan bahwa Ekam Eva Adwityam Brahman yang artinya hanya satu tidak ada duanya Brahman. Kadangkadang orang tidak mau mendalami filsafat Hindu, padahal dengan pengetahuan yang dangkal dan terbatas akan timbul salah pengertian, seperti ada yang berpendapat bahwa agama Hindu mempunyai banyak Tuhan, menyembah patung, yang |ebih menyesatkan adalah menyebutkan bahwa kitab Weda sebagai kitab suci. Hindu bukan wahyu Tuhan. Semua pendapat-pendapat yang menyesatkan tersebut adalah akibat dari kurang mendalamnya pengetahuan mereka terhadap ajaranajaran Hindu yang terdapat dalam Weda. Mereka hanya tahu sepotong-sepotong yang mengakibatkan salah interprestasi. Pengetahuan yang dangkal dan sempit sangat berbahaya. Kalau kita pelajari beberapa kitab-kitab suci Hindu, banyak menyebutkan bahwa Tuhan itu tidak ada duanya, hanya manusia menyebut dengan beberapa nama.
       Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut. Misalnya dalam suatu keluarga kedudukan seorang ayah, kalau istrinya akan menyebut dia adalah suaminya, kalau anaknya akan menyebut dia adalah bapaknya (ayah), kalau cucunya akan menyebut dia kakeknya demikian seterusnya sampai mempunyai banyak nama, padahal orangnya adalah satu. Demikian pula Hyang Widhi Wasa mempunyai beberapa nama sesuai dengan fungsinya, bukan berarti umat Hindu menganut paham polyteisme, menyembah banyak Tuhan. Umat Hindu selalu percaya adanya satu Tuhan yaitu Brahman sebab umat Hindu menganut paham monoteisme Eko Narayanad Na Dwityo 'Sti Kaccit artinya hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya. Dalam lontar Sutasoma disebutkan juga bahwa Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa, yang artinya berbeda-beda tetapi satu tidak ada dharma yang dua. Juga dikatakan: Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti artinya hanya satu (Ekam) Hyang Widhi (sat=hakekat) hanya orang yang bijaksana (Viprah) menyebutkan (Wadanti) dengan banyak nama (Bahuda). Sesuai dengan fungsinya Hyang Widhi Wasa juga disebut dengan Tri Sakti yang terdiri dari Brahma adalah fungsinya sebagai pencipta (Utpatti), Wisnu yang fungsinya sebagai pelindung, pemelihara dengan segala kasih sayangnya (Shiti) dan Siwa fungsinya sebagai melebur (Pralina) dunia beserta isinya dan mengembalikan daIam peredarannya ke asal(sangkan paran) yaitu kembali keasal.
      Untuk dapat meresapkan kemaha-kuasaan Hyang Widhi Wasa, agama Hindu menggunakan simbol-simbol seperti aksara suci OM. Aksara OM mempunyai kekuatan yang luar biasa bagi orang yang tahu menggunakannnya. Aksara OM berasal dari tiga huruf yaitu A, U, M yang mempunyai arti sebagai berikut. Aksara A adalah Brahma dalam pembawaannya maha pencipta, aksara U adalah Wisnu dalam pembawaannnya maha pelindung dan M adalah Siwa dalam pembawaannnya maha pelebur. Kalau kita perhatikan Mantra Gayatri, setiap memulai satu bait pasti didahului dengan aksara OM artinya aksara OM mempunyai suatu kekuatan yang luar biasa. Apabila kita menyebutkan akasara OM dengan hening dan khusuk, kita akan dapat berhubungan dengan Hyang Maha Kuasa. lm’lah Sada Siwa Tatwa namanya, Bhatara sadasiwa tatwa bersifat Wyapi Wyapaka artinya la dipenuhi oleh Sarwajnana (serba tahu), Sarwa karya (serba kerja). Sarwajnana dan sarwa karya karta ialah Padmasana sebagai tempat duduk Bhatara yang disebut Cadhu Sakti, yaitu :

1. Cadhu artinya catur;artinya.empat          2. Sakti artinya kemahakuasaan/kekuatan  3. Cadhu Sakti artinya empat              kemahakuasaan / kekuatan Ida Sang Hyang Widhi.                                                 
 4. Bagian-bagian Cadhu Sakti adalah :
a. Wibhu Sakti
b. Prabhu Sakti
c. Karya Sakti
d. Jnana Sakti
5. Arti bagian bagian Cadhu Sakti
a. Wibhu Sakti artinya Hyang Widhi maha ada, tak ada kekuranganNya di seluruh alam semesta ini.
b. Prabhu Sakti artinya Hyang Widhi maha raja, tak ada dirintangi segala yang dikehendakiNya

c. Krya Sakti artinya Hyang Widhi maha karya, Dialah yang mengadakan seluruh alam semesta ini

d. Jnana Sakti artinya Hyang Widhi maha tahu, ada tiga yaitu : Dura Darsana ialah melihat yang jauh dan yang dekat DuraSrawana ialah mendengar suara yang jauh dan yang dekat Duratmaka ialah mengetahui perbuatan yang jauh dan yang dekat

(Tatwa Jnana 10 s/d 13)

Ajaran keTuhanan dalam Weda adalah ajaran yang mengajarkan bahwa Tuhan adalah Esa adanya, namun Ia meliputi segala, mempunyai banyak nama. Ia yang Esa berada pada semua yang ada, semua yang ada berada pada Yang Esa. Kutipan-kutipan Weda dibawah inimenyatakan hal itu:

Indram mitram varuna agnim ahur atho divyah sasuparnO'garutman, ekam sad vipra bahudha vedanty agnim yamam matarisvanam ahuh

(Rg Veda I.164.46) Artinya: Mereka menyebutkan Indra, Mitra, Varuna, Agni, dan Dan dia yang bercahaya yaitu Garutman yang bersayap elok. Satu itu (Tuhan) Sang bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisvan. .

Dalam Siwatattwa yaitu dalam Iontar Jnanasiddhanta kita dapat uraian tentang Tuhan yang senada dengan isi mantra weda tersebut di atas. Uraian itu adalah

sebagai berikut :

Sa eko bhagavan sarvah Siva karana karanam, aneko viditah sarwah
catur vidhasya karanam Eka twanckatwa swalaksana Bhattara, Ekatwa ngaranya,
kahidep makalaksana ng siwatattwa. Ndan tunggal,
tan rwatiga kehidepanira. Mengekalaksana Siwa karana
juga, tan pa prabheda.
Aneka ngaranya kahidepan Bhattara makalaksana caturdha. Caturdha ngaranya Iaksananiran sthula suksma parasunya.

Artinya:

Sifat Bhatara adalah eka dan aneka. Eka (Esa) artinya Ia dibayangkan bersifat siwatattwa la hanya Esa, tidak dibayangkan dua atau tiga. la bersifat Esa saja abagai Siwakarana (Siwa sebagai pencipta), tiada perbedaan.
Aneka artinya Bhattara dibayangkan bersifat caturdha artinya adalah Sthula suksm para sunya.

Uraian-uraian seperti ini juga akan kita jumpai pula dalam lontar-Iontar Iainnya.
Agama Hindu mengajarkan bahwa semua yang ada ini berasal dari Tuhan, berada dalam Tuhan dan kembali kepada Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam sastrasastra agama Hindu, baik yang berbahasa Sanskerta, maupun yang berbahasa Jawa Kuna atau bahasa Bali. Tuhan adalah sumber hidup, sumber tenaga, dari Dialah asal segala yang ada ini dan kepadaNya pula segala yang ada ini kembali. Karena itu Ia disebut Sangkan Paraning Dumadi, asal dan kembalinya semua makhluk. Taittiriya Upanisad menerangkan hal ini sebagai berikut:

Yato va imani bhutani jayante, yena jatanijivanti , yat prayanty abhisam visanti, tad vijinasasva tad brahmeti.

(Taittiriya Upanisad III. 1) Artinya : Dari mana semua ini lahir, dengan apa yang lahir ini hidup, kemana mereka masuk setelah kembali, ketahuilah, bahwa itu adalah Brahman.

Dalam Siwatattwa, Brahman adalah Bhatara Siwa. Dialah yang mencipta.

memelihara dan mengembalikan semua yang ada kepada dirinya sendiri, asal semua yang ada ini. .

Brahmasrjayate Iokam,
visnuve palakasthitam,
rudratve samharasceva,
trimurtih nama evaca
Lwir Bhattara Siwa magawe jagat, Brahma rupa siran pangraksa jagat, Wisnu rupa siran pangraksa jagat, Rudra rupa sira mralayaken rat, nahan tawak nira, bheda nama.
(Bhuwana Kosa III. 76)

Artinya : Adapun penampakan Bhatara Siwa dalam menciptakan dunia ini ialah : Brahma wujudnya waktu menciptakan dunia ini, Wisnu wujudnya waktu memelihara dunia ini, Rudra wujudnya waktu mempralina dunia ini, Demikianlah tiga wujudNya (Trimurti) hanya beda nama. DaIam uraian ini Bhatara Siwa adalah sebagai Trimurti. Dalam buku-buku Purana Trimurti itu adalah Brahma, Wisnu, dan Siwa, sedangkan dalam kutipan di atas
adalah Brahma, Wisnu, dan Rudra. Dalam puja Trimurti itu adalah Brahma, Wisnu dan lswara.

Bhatara Siwa sebagai Brahma, Wisnu, dan lswara dalam aksara dilambangkan sebagai A + U + M =AUM, . Kesatuan ketiga-ketiganya adalah AUM = OM, Bhatara Siwa sebagai Trimurti dalam Iontar-lontar kebanyakan disebut sebagai Brahma, Wisnu, dan lswara yang dilambangkan dengan warna : putih, Merah d3” Hitam. Aktivitas Bhatara Siwa waktu menciptakan dunia disebut ; utpatti. waktu menjaga dan merawatnya disebut Sthiti, dan waktu mengembalikan kepada asalnya J disebut Pralina.

Bhatara Siwa bersifat immanen dan juga transenden. lmanen artinya hadir dimana-mana, sedangkan transenden artinya mengatasi pikiran dan indriya manusia. Kutipan dibawah ini meyatakan hal itu :

Sivas sarvagata suksmah bhutanam antariksavat, acintya maha grhyante, na indriyam parigrhyante

Bhattara Siwa swa wyapaka, sira suksma tar kneng angenangen, kadyangga ning akasa, tan kagrhita de ning manah mwang indriya
(Bhuwana Kosa II.16)

Artinya:
Bhatara Siwa meresapi segala, Ia gaib tak dapat dipikirkan, la seperti angkasa, tak terjangkau oleh pikiran dan indriya. Kutipan ini menyatakan bahwa Bhatara Siwa meresapi segala, berada dimanamana, meliputi segala. Dengan demikian Ia pun hadir pula dalam pikiran dan lndriya, namun pikiran dan indriya tidak mampu menggapai la. ini berarti Ia mengatasi pikiran dan lndriya. Demikianlah aspek imanen dan transenden Bhatara Siwa. '





Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter